Kisah Teman Autis Hingga Penghargaan SATU Indonesia Award 2O22

Desember 01, 2022

Orang tua mana yang tak ingin anaknya terlahir dengan sehat dan sempurna. Namun takdir manusia siapa yang tau. Apapun kondisinya, seorang anak tetap berhak mendapatkan kasih sayang, perawatan dan perlindungan dari keluarganya. Tak terkecuali anak autis. Seringnya anak autis dilabeli “anak aneh” dalam masyarakat tentu bukan hal yang mudah bagi keluarganya terutama orang tua. Mereka pasti membutuhkan dukungan dan informasi seputar autisme ini. Komunitas Teman Autis hadir menguatkan para orang tua yang anaknya dengan kondisi autis ataupun gejala autis.

 

Sepenggal Kisah Lahirnya Teman Autis

Menarik sekali berkesempatan mendengarkan cerita dari kak Alvinia Christiany, Co-founder komunitas Teman Autis yang saya tuangkan dalam tulisan ini. Menurutnya, latar belakang terbentuknya komunitas Teman Autis bukan karena ada background keluarga dengan kondisi autis, melainkan maraknya pemberitaan tentang perundungan kepada anak autis. Hal ini menari perhatian dan menjadi bahan perbincangan antara Kak Alvinia dan temannya, Kak Ratih Hadiwinoto, Founder Teman Autis. Rasa ingin tau muncul di benak mereka, kenapa anak autis dijadikan objek candaan bahkan ledekan. Autisme merupakan kondisi gangguan perkembangan neurologis seseorang.Autisme bukanlah suatu kesalahan orangnya, justru mereka harus menerima kondisi tersebut sejak kecil bahkan ada yang dari lahir. Kak Alvi dan Kak Ratih semakin ingin tau dan mencari tau apa itu autisme. Hingga mereka bergabung dengan komunitas autis dan terjun langsung menjadi volunteer, menemui dan ngobrol dengan para orang tua dengan kondisi autis. Menurut mereka para orang tua  mengeluhkan kurangnya atau sulitnya informasi terkait autisme. Hal inilah yang membuat Kak Alvinia Christiany dan Kak Ratih mendirikan komunitas Teman Autis.

Alvinia Christiandy dan Ratih Hadiwinoto  (sumber: Orami)

Teman Autis berdiri pada tahun 2018 sebagai wadah informasi yang menjembatani antara komunitas, klinik, tempat terapi dengan para orang tua dan masyarakat Indonesia untuk mendapatkan edukasi atau info mengenai autis yang dibutuhkan.

Tujuan utama terbentuknya teman autis yaitu ingin memberikan dedikasi kepada masyarakat luas Indonesia dengan jangkauan lebih luas lewat media online. Masyarakat, khususnya orang tua yang memiliki anak dengan diagnosa autis atau gejala autis bisa mengakses www.temanautis.com atau mengunjungi instagram temanautis. Teman Autis memberikan edukasi bagaimana memberikan penanganan yang terbaik untuk anak dengan kondisi autis atau gejala autis agar bisa bertumbuh dengan maksimal.

Selain memberikan edukasi, Teman Autis juga pernah mengadakan seminar dengan mengundang para individu autis yang sudah dewasa. Mereka saling sharing satu sama lain, dan ternyata dari cerita mereka bahwa individu autis yang sudah dewasa juga bisa berkarir. Hal ini tentu saja melegakan hati para orang tua.


Tantangan Teman Autis

Problem terbesar komunitas teman autis adalah “membungkam” stigma buruk tentang autisme. Selain itu kurangnya awarness masyarakat Indonesia mengenai autisme membuat gejala autisme sulit terdeteksi. Para orang tua bahkan gak menyadari  dan juga gak tau kalau anaknya mempunyai kondisi autisme. Oleh sebab itu, sejak dini para orang tua harus memperhatikan tumbuh kembang anak agar apabila ada gejala secepatnya mendapatkan penanganan dengan baik. Gejala umum anak autis seperti suka dengan dunianya sendiri, tantrum, terlalu over aktif dan lain-lain.

Sumber: website teman autis

Ngomongin soal autisme, ternyata kondisi ini gak hanya berdampak pada anak autisnya saja tapi juga dampak lain seperti timbulnya frustasi pada orang tua, munculnya keriuhan sehingga kondisi rumah tangga menjadi tidak harmonis. Oleh sebab itu, support system dari keluarga dan orang-orang di sekitar jelas diperlukan dengan cara menerima keadaan, jangan menghakimi orang tua anak autis dengan komentar negatif.


Dari Empati Hingga Apresiasi

Pada bulan Oktober 2022, komunitas Teman Autis menjadi salah satu pemenang Semangat Astra Terpadu (SATU) Indonesia Award. Dari rasa empati, hingga mendapat apresiasi rasanya sesuai dengan perjuangan Teman Autis yang memiliki motto “Berbeda bukan berarti kurang”.

Kak Alvi menceritakan bahwa pada awalnya komunitas Teman Autis mendapat undangan dari Astra. Syarat ikut award kategori kelompok minimal 2 orang, komunitas sudah berjalan 1 tahun dan belum pernah menerima award apapun.  Tak ingin membuang kesempatan, mereka pun coba daftar bersama 13 ribuan peserta lainnya. Teman Autis mengikuti sesi penjurian, menjalankan interview dengan para juri, hingga bisa lolos ke next tahapan mulai 24 besar, 12 besar kemudian 6 besar hingga akhirnya terpilih menjadi salah satu pemenang penghargaan dari SATU Indonesia Award.

Senang sekali mendengar cerita Kak Alvi yang memberikan insight dan semoga bisa menginspirasi serta saling memberikan manfaat buat kita semua .


 

 

 

 

You Might Also Like

0 comments