Indonesia terkenal dengan hasil alamnya baik di darat maupun di laut. Karena kekayaan
alam inilah, tak heran bila dahulu kala bangsa-bangsa asing tergiur ingin menguasai
hasil alam dengan menjajah negri tercinta. Beruntung dengan perjuangan para
pahlawan kita dan tentu saja atas kuasa Ilahi, bumi pertiwi tetap berada di
pangkuan rakyat Indonesia.
Selain kaya akan hasil alamnya, Indonesia juga dikenal dengan
beragam suku dan agama. Keanekaragaman suku menghasilkan budaya yang berbeda
pula. Setiap budaya mempunyai ciri khas masing-masing. Misalnya seperti bahasa
daerah, lagu-lagu daerah, tarian adat, pakaian adat, rumah adat , dan
lain-lain. Perbedaan budaya inilah yang kemudian menjadi seni yang indah. Wah, kebayang ya bagaimana kaya nya negara kita. Oleh sebab itu, sebagai generasi
penerus, mari kita lestarikan warisan budaya nenek moyang ini dengan merawat
cagar budaya yang ada atau pun mempelajari kebudayaan daerah agar identitas
budaya Indonesia tidak bergeser ke ala-ala negeri barat atau bahkan musnah.
Hmm, jangan sampai kejadian dech ya!
Fotoin kakak saya saat kami singgah ke Mesjid Azizi |
Bersama keluarga tercinta. Sambil beribadah, rehat sebentar di Mesjid Azizi |
Setiap kali melewati kota ini, beberapa kali menyempatkan diri untuk singgah ke Mesjid Azizi dengan berbagai alasan. Baik hanya sekedar untuk beristirahat atau ingin melaksanakan sholat atau bahkan berziarah ke makam atok, nenek dan uwak-uwak yang biasanya saya lakukan ketika menyambut bulan Ramadhan. Yups, banyak kerabat dan para leluhur kami yang di makamkan di area pemakaman Mesjid ini. Dahulu, atok pernah bercerita bahwa orang tua dari atok dan nenek (kakek dan nenek ibu saya) adalah imam dan bilal Mesjid Azizi. Sehingga mereka punya banyak cerita kenangan dengan bangunan bersejarah ini. Duh..kalau saya mah nggak ada apa-apanya. Hanya tau secuil cerita saja.
Sebagai pengingat, Mesjid Azizi adalah salah satu Cagar Budaya Indonesia. Mesjid Azizi merupakan peninggalan Kesultanan Melayu
Langkat. Berdasarkan Wikipedia Indonesia, Mesjid ini mulai dibangun
pada tahun 1899. Kemudian selesai dan diresmikan oleh putra Sultan yang bernama
Sultan Abdul Aziz Djalil Rachmat Syah pada tahun 1902. Setelah ayahnya
meninggal, Sultan Abdul Aziz Djalil Rachmat Syah diangkat menjadi Sultan yang kemudian menjadi Sultan ke- 7 Langkat. Nama Azizi diambil dari nama Sultan itu
sendiri.
Tampak ukiran kaligrafi menghiasi bangunan mesjid |
Mesjid ini terletak di jalur lintas yang menghubungkan Medan dan Aceh. Seolah
tidak ada bosannya, setiap kali ke mesjid ini saya selalu kagum dan terkesan melihat
keindahan bangunannya. Pada bangunan mesjid terasa sentuhan arsitektur
kombinasi dari kebudayaan Melayu dan timur tengah. Warna bangunan didominasi
warna kuning dan hijau yang merupakan ciri khas warna Melayu. Terdapat banyak
kubah pada bangunan mesjid ini. Kubahnya sendiri dicat berwarna hitam. Bangunan
mesjid begitu luas dengan pilar-pilarnya yang kokoh. Terdapat teras dengan
koridornya yang terhubung masing- masing ke pintu utama mesjid. Di atas pintu
juga terlihat jelas ukiran tulisan kaligrafi yang menghiasinya. Terdapat lampu hias
gantung yang antik dan hiasan dinding di dalam mesjid. Suasana terasa adem sehingga nyaman sekali berada di sini. Tak heran bila mesjid ini menjadi
salah satu tujuan wisata sejarah dan wisata religi tentunya.
Di sekitar mesjid terlihat beberapa menara. Sedangkan pada halaman belakang dan sisi kiri mesjid merupakan area pemakaman. Makam- makam di belakang
mesjid adalah pemakaman untuk masyarakat umum sedangkan pemakaman di sebelah kiri
mesjid merupakan area makam keluarga Sultan dan kerabatnya. Selain itu di area ini juga
terdapat makam Tengku Amir Hamzah, salah satu pujangga ternama di Indonesia.
Pemakaman Umum |
Makam Sultan dan keluarga |